15 January 2025

Expert Tips: Penyebab dan Cara Mengatasi Jerawat Hormonal Dengan Tepat

Jerawat (acne vulgaris) merupakan permasalahan kulit yang setidaknya pernah dialami sekitar 80% remaja dan dewasa muda dengan rentang usia 11 sampai 30 tahun. Sebuah penelitian menyebutkan bahwa mayoritas individu yang terkena biasanya sembuh sebelum memasuki dekade ketiga usia mereka, sementara sisanya menghadapi perjalanan kondisi yang tidak dapat diprediksi sepanjang hidupnya. Salah satu jenis jerawat yang tidak dapat diprediksi ini adalah jerawat hormonal.

Jerawat hormonal faktanya dapat memengaruhi baik wanita maupun pria pada usia matang. Bahkan, keadaan jerawat hormonal bisa saja terjadi pada mereka yang saat remaja tidak memiliki riwayat berjerawat, tutur dr. Hartman selaku dermatologis sekaligus founder Skin Wellness Dermatology mengutip situs housekeeping. Namun, memang benar, mayoritas kasusnya terjadi pada wanita terutama yang akan atau sedang menstruasi, hamil, dan memasuki masa menopause.

Jadi, bisa dikatakan kondisi jerawat ini bukanlah yang mudah untuk ditangani. Karenanya pengenalan dan pemahaman yang tepat tentang penyebab, karakteristik, serta cara mengatasi jerawat hormonal sangat penting untuk membantu mengurangi dampak negatifnya pada kulit dan rasa percaya diri. Artikel ini telah ditinjau oleh ahli dermatologi, venereologi, dan estetika, dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE. 

Profil Dokter :

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE, adalah seorang dokter spesialis kulit dan kelamin yang praktik di RSIA Tambak. Beliau dapat memberikan layanan konsultasi kesehatan kulit dan kelamin.

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE, menyelesaikan pendidikan spesialis dermatologi dan venereologi di Universitas Indonesia. Selain itu, beliau juga tergabung dalam organisasi profesi Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia (PERDOSKI).”

Mengenal Apa itu Jerawat Hormonal

Jerawat hormonal atau dalam lingkup dermatologi disebut “adult acne” merupakan keadaan dimana ketidakseimbangan hormonal menjadi penyebab dominan munculnya jerawat. Informasi yang mungkin salah tafsir yakni perihal usia penderitanya, jerawat ini biasa muncul saat menginjak umur 30 sampai 50 tahun. 

Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE

Di bidang dermatologi, istilah 'jerawat hormonal' sering kali dihubungkan dengan sebutan 'adult acne' atau jerawat dewasa. Jerawat yang muncul pada usia 15 hingga 29 tahun biasanya disebut sebagai acne vulgaris atau jerawat biasa. Namun, jika seseorang berusia 30 tahun ke atas masih mengalami jerawat, kondisi tersebut dapat disebut sebagai adult acne atau jerawat hormonal.”

Pada pria, meskipun jarang, jerawat hormonal juga bisa terjadi akibat kondisi medis tertentu atau penggunaan obat-obatan hormonal. Ketidakseimbangan hormon ini memicu produksi sebum berlebih yang dapat menyumbat pori-pori. Akibatnya, terjadi peradangan, perubahan aktivitas sel kulit, dan pertumbuhan bakteri di folikel rambut. Kombinasi faktor-faktor tersebut kemudian memicu timbulnya jerawat.

Jerawat hormonal biasanya muncul di area wajah seperti T-zone atau sekitar dahi, hidung, dagu, rahang, dan leher. Sementara pada tubuh sering dijumpai di bahu, dada, dan punggung. 

Penyebab dan Ciri-Ciri Jerawat Hormonal

Jerawat hormonal secara alami muncul akibat perubahan hormon, terutama hormon androgen seperti testosteron dan dihidrotestosteron (DHT). Perubahan ini meningkatkan produksi minyak di kulit. Ketika minyak berlebih bercampur dengan bakteri di pori-pori kulit, terutama di folikel rambut, jerawat pun muncul.

Gejala jerawat hormonal serupa dengan jerawat biasa (acne vulgaris) yakni diawali dengan komedo putih atau hitam. Apabila tidak segera ditangani, jerawat akan memerah dan meradang dan mulai timbul rasa nyeri. Munculnya jerawat hormonal dapat disebabkan beberapa kondisi yang tidak dapat dihindari, meliputi:

  • Perubahan kadar hormon pada wanita, termasuk saat memasuki periode menstruasi baik yang teratur maupun tidak, selama masa kehamilan, menopause, setelah menghentikan penggunaan alat kontrasepsi, sampai dengan stres.

  • Pria yang menjalani perawatan testosteron.

  • Riwayat keluarga yang berjerawat (kecenderungan genetik).

  • Efek samping obat (steroid).

  • Kondisi medis yang sudah ada sebelumnya (sindrom ovarium polikistik atau PCOS, kondisi ovarium lainnya, dan kondisi metabolik). 

Namun, masih terdapat cara mengatasi jerawat hormonal dengan fokus pada pencegahan, seperti: 

  • Mengatur tingkat stres, 

  • Mengadopsi pola hidup sehat,

  • Batasi makanan mengandung susu dan gula,

  • Rutin membersihkan dan menjaga kesehatan kulit dengan menggunakan skincare rutin sesuai anjuran dokter untuk mengobati jerawat,

  • Memperbaiki rutinitas waktu tidur, serta

  • Mulai menggunakan produk perawatan kulit non comedogenic.

Cara Mengatasi Jerawat Hormonal

Apabila sederet kondisi di atas sedang Anda rasakan dan mengganggu aktivitas serta menurunkan kepercayaan diri, ikuti langkah berikut untuk menangani kasus jerawat hormonal ringan dengan benar:

1. Konsumsi Makanan Bergizi

Peningkatan hormon erat kaitanya dengan jenis makanan yang dikonsumsi. Sebagai contoh, junk food yang dikenal tinggi lemak jenuh, kalori, gula, dan garam menjadi penyumbang utama peningkatan produksi sebum pada kulit yang nantinya dapat berkontribusi pada penyumbatan pori-pori dan peradangan. 

Untuk itu, mulai atur pola makan bergizi yang bermanfaat untuk menyeimbangkan hormon dan meningkatkan kesehatan kulit secara keseluruhan. Fokuslah pada makanan yang kaya akan nutrisi, seperti buah dan sayuran segar, makanan tinggi serat, asam lemak omega-3, dan protein tanpa lemak.

2. Penggunaan Bahan Aktif Skincare

Sudah marak dan mudah menjumpai produk skincare dengan kandungan aktif yang membantu mengontrol produksi sebum berlebih seperti salicylic acid. Begitupun dengan niacinamide yang mampu mengurangi peradangan dan memperkuat lapisan pelindung kulit. Sebagai bahan eksfoliasi, retinoid bermanfaat mempercepat regenerasi sel kulit. Namun, sebelum menggunakan skincare berbahan aktif, sebaiknya Anda konsultasikan dulu dengan dokter kulit agar pemakaian skincare sesuai untuk mengatasi permasalahan jerawat hormonal.

3. Menghindari Bahan Skincare yang Dapat Memperburuk Kondisi

Mengapa pada poin sebelumnya dianjurkan konsultasi terlebih dahulu? Hal ini untuk menghindari bahan-bahan iritan yang mungkin saja masih dijual bebas atau terkandung pada skincare, mereka adalah:

  • Minyak kelapa dan cocoa butter: meski alami, bahan ini dianggap komedogenik.

  • Sodium Lauryl Sulfate (SLS): umumnya ada dalam produk shampoo dan tak jarang ditemukan juga pada sabun cuci muka. SLS merupakan bahan surfaktan kimia penghasil busa yang justru menghilangkan minyak alami kulit. Akibatnya kulit mengering dan rentan iritasi.

  • Ammonium Lauryl Sulfate (ALS): olahan minyak kelapa yang banyak ditemukan pada shampoo, sabun, sampai parfum. Efeknya pada kulit yang sensitif sama dengan SLS.

4. Gunakan Sunscreen Secara Rutin yang Khusus Untuk Kulit Sensitif

Semakin berkembangnya industri skincare, membuat kita harus terus update tentang kandungan dan jenis produk, hal ini berlaku saat memilih sunscreen. Kulit berjerawat cocok menggunakan tabir surya berbahan dasar mineral atau disebut juga physical sunscreen

Ciri khas dari non chemical sunscreen yakni kandungan zinc oxide dan titanium dioxide biasanya tertulis pada barisan pertama dalam daftar komposisi. Adapun keduanya berperan melindungi kulit dari radiasi UVA dan UVB dengan memecah dan memantulkannya. Berkat keduanya juga, physical sunscreen diklaim aman untuk segala jenis kulit terutama sensitif dan berjerawat sebab minim risiko iritasi. Penting juga untuk mencari sunscreen yang waterproof dan rubbing resistant.

Terlepas dari kandungannya, pastikan untuk mengaplikasikan sunscreen dengan benar yakni untuk wajah sepanjang 2 jari dan tubuh sekitar 5 ml atau satu sendok teh di setiap area. Aplikasikan ulang setelah 2 sampai 3 jam.

5. Menjaga Kebersihan Wajah dan Tubuh

Perlu keseimbangan antara kebersihan wajah dan tubuh bila Anda dihadapkan dengan jerawat hormonal. Pastikan tidak hanya mencuci wajah dengan formula sabun yang lembut dan pH balance, melainkan juga melakukan double cleansing setelah bermakeup atau jika menggunakan sunscreen tebal. Aktivitas ini membantu membersihkan wajah dari sisa kotoran dan minyak di kulit serta mengembalikan kadar pH alami kulit. Lalu, lanjutkan dengan mengaplikasikan produk skincare lainnya. Hindari juga memegang atau memencet jerawat karena dapat memperparah peradangan.

Sementara untuk tubuh, penting untuk menjaga kebersihan kulit dengan mandi secara teratur, terutama setelah berkeringat atau beraktivitas berat. Gunakan sabun mandi yang lembut dan bebas pewangi agar tidak mengiritasi kulit. Fokus pada area yang rentan berjerawat dengan membersihkannya secara menyeluruh. Selain itu, gunakan pakaian yang bersih dan berbahan breathable seperti katun untuk mencegah penumpukan keringat dan minyak yang dapat menyumbat pori-pori.

6. Mengelola Stres dengan Meditasi atau Olahraga

Meditasi dapat membantu menyeimbangkan hormon sehingga berdampak positif pada penampilan kulit dengan mengatasi penyebab stres yang menyebabkan timbulnya jerawat. Selain permasalahan jerawat, meditasi disebut bermanfaat menangani banyak masalah kulit umum lainnya seperti penuaan dini, kantung mata, dan kemerahan.

7. Jadwal Tidur yang Teratur

Kualitas tidur malam yang teratur dan nyenyak membantu membatasi produksi kortisol di siang hari yang dikenal sebagai hormon stres. Sebaliknya, kurang tidur dapat menyebabkan tubuh memproduksi lebih banyak kortisol. Terlalu banyak kortisol dapat memengaruhi penampilan kulit Anda dengan berbagai cara. Bukan hanya munculnya jerawat, kekeringan, dan rusaknya kolagen juga menjadi risikonya.

8. Konsultasi Dokter untuk Terapi Hormon

Jika jerawat hormonal tidak dapat dikendalikan dengan metode alami atau skincare, konsultasi dengan dokter dapat dilakukan. Terapi hormonal seperti pil KB mungkin akan direkomendasikan oleh dokter untuk memperbaiki ketidakseimbangan hormon.

Apakah Jerawat karena Hormon Bisa Sembuh?

Ya, dengan perawatan yang tepat kemungkinan mereda dan sembuh dari jerawat hormonal bisa terjadi. Pendekatan yang konsisten dalam mengelola gaya hidup dan perawatan kulit umumnya menunjukkan hasil dalam beberapa minggu hingga bulan.

Berapa Lama Jerawat Hormon akan Hilang?

Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE

Selama ketidakseimbangan hormon masih berlangsung, jerawat hormonal akan terus muncul. Namun, Anda dapat mengendalikan kondisi ini dengan menggunakan produk perawatan kulit yang tepat, mengatur pola makan yang sehat, dan jika diperlukan, menjalani terapi hormonal.”

Apa Bedanya Jerawat Hormon dan Breakout?

Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE

Baik jerawat hormonal maupun jerawat breakout disebabkan oleh berbagai faktor (multifaktor). Namun, jerawat hormonal lebih dipengaruhi oleh masalah hormonal yang mendasarinya.”

Jerawat Hormon Usia Berapa?

Dokter Spesialis Kulit, Kelamin, dan Estetika

dr. Annisa Anjani Ramadhan, SpDVE

“Jerawat hormonal biasanya mulai muncul pada usia 30-an. Sementara itu, jerawat yang terjadi pada usia 15 hingga 29 tahun umumnya masih dikategorikan sebagai acne vulgaris atau jerawat biasa.”

Baca Juga : 8 Cara Menghilangkan Bekas Jerawat Hitam di Pipi Dengan Cepat!

Jadi, jerawat hormonal bisa menjadi tantangan besar, tetapi dengan pemahaman yang tepat tentang penyebab dan cara mengatasinya, Anda dapat merawat kulit secara efektif. Mulailah dari hal-hal sederhana dengan merubah gaya hidup sehat, penggunaan skincare dan bodycare yang sesuai dan rutin, atau berkonsultasi dengan dokter jika diperlukan. Ingat, konsistensi dan sabar adalah kunci untuk mendapatkan kulit yang sehat dan bebas jerawat.